Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. OK?”Aku mengangguk. Play bokep Lendir yang langsung ditumpahkan dari vagina Mbak Lia, dari pinggul yang terangkat agar lidahku terhunjam dalam.“Oh, fantastis,” gumam Mbak Lia sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursinya.Ia menunduk dan mengusap-usap kedua belah pipiku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Ia berasal dari sebuah perusahaan konsultan keuangan.Usianya kutaksir sekitar 25 hingga 29 tahun. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Terpana mendengar perintahnya. Mbak Lia terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku.“Rupanya kau sudah tidak sabar ya, Jhony?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku. Aku termangu menatap keindahan yang terpampang persis di depan mataku.“Jangan diam saja. Tak peduli dengan etika, dengan norma-norma bercinta, dengan sakral dalam percintaan. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Mbak Lia menarik telapak kakinya dari pundakku. Kerongkonganku terasa panas dan kering. Dan paha itu semakin jelas. Mbak Lia menggelinjang dan kembali mengangkat pinggulnya. Jilat sambil menatap mataku. “Hm..!”
“Haus?”
“Hm!”
“Jawab, Jhony!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Mbak Tia masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, dan sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.“Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya.