Bunyi deritan ranjang, erangan dan bunyi selangkangan beradu seolah-olah berlomba. Ia duduk di sampingku dan membilas penisku dan menyabuninya hingga bekas baby oil tadi hilang, kemudian mengelapnya dengan hati-hati. Nyatanya Ida telah full bugil di bawah selimut. Ia melepaskan diri dari pelukanku dan membuka tasnya. Ada penonton lain di samping dan belakang kami. Hari ini dengan nafsu yang membara. Diurutnya terus penisku yang makin keras. “Ida.. Kata tetangganya semuanya lagi ke Cibadak. “Iya, terbukti waktu itu rame-rame ke rumah kawan kost di sini. Sekarang.. Sebab agak gerah kubuka kausku. Entah berapa lama aku tertidur hingga aku merasakan ada tubuh yang mendesakku dengan lembut. Dalam posisi begini aku tidak bisa luar biasa penis terlalu tinggi sebab susah untuk memasukkannya lagi. Kupeluk pinggangnya erat-erat. “Benar nih mau nginap? Blleessh.. Percayalah” katanya lembut sambil mengecup keningku. “MMmmhh.. “Sorry, habis baring-baring di kamar. Ida mendorong lidahnya masuk jauh ke dalam rongga mulutku. Aku ikut saja kok”. “Terserah kalian saja”.Kuajak dirinya jalan mutar-mutar di Matahari lihat-lihat baju dan kosmetik. Sementara penisku yang dari tadi penasaran telah kembali mengeras. Kuketuk pintu depan. “Kenapa, kan supaya kami sama-sama aman”. Muka kami berdekatan. Berbagai saat kami dalam posisi itu tanpa menggerakkan tubuh, hanya otot kemaluan saja yang bekerja sambil saling berciuman dan memagut tubuh kami.
