Sekali. Play bokep Badannya berbalik lalu melangkah. Di mana? Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aq harus, harus, harus..! Lalu memegang pahaku,“Yg mana..?”Yes..! Ya nggak apa-apa,” katanya menjawab telepon. Garis setrikaannya masih terlihat. Hap. Bergantian Iin kini telentang.“Pijit saya Mas..!” katanya melenguh.Kujilati toketnya, ia melenguh. Tetapi sejak tadi aq tdk melihat wanita yg lehernya berkeringat yg tadi mengerlingkan mata ke arahku. Iin datang. Wajahku merah padam. Aq terpejam menahan air mani yg sudah di ujung. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Bicara apa? Apa yg aq harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya apa?Mendadak jari tanganku dingin semua. Aq dipermainkan seperti anak bayi.Selesai dipijat ia tdk meninggalkan aq. Dari jarak yg dekat ini hawa panas tubuhnya terasa. Tdk apalah hari ini tdk ketemu. Hangatnya, biar begitu, tetap terasa. Hitam. Aq tersetrum. Tapi masih terhalang kain celana. Hap. Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengah-engah, ia menikmati dengan mata terpejam.“Mbak Iin telepon..,” suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju.Mbak Iin merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.“Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada Iin.Aq mengambil pakaianku.
