Ada sekat-sekat, tidak tertutup sepenuhnya. Aku tidak dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Mbak Wien sudah turun. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti. Aku meringis merasai sentuhan kulit jarinya. Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu. Masih ada esok. Masih melongo.“Itu jendelanya dirapetin dikit..,” katanya lagi.“Ini..?” kataku.“Ya itu.”Ya ampun, aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas ranjang yang putih. Sekenanya saja kubuka halaman majalah.“Tunggu ya..!” ujar wanita tadi dari jauh, lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku.“Mbak Wien.., udah ada pasien tuh,” ujarnya dari ruang sebelah. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Masih melongo.“Itu jendelanya dirapetin dikit..,” katanya lagi.“Ini..?” kataku.“Ya itu.”Ya ampun, aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas ranjang yang putih. Kami seperti tidak ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu memulai pergumulan.Wien menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku pertegas bahwa aku mengendus kuat-kuat aroma itu. Satu dua, satu dua. Payudara itu dari jarak yang cukup dekat jelas membayang. Ada cairan putih di celana dalamku.Di kantor, aku masih terbayang-bayang wanita yang di lehernya ada keringat. Kini pindah ke paha sebelah kanan. Oh.., aku hanya dapat menunduk, melihat kakinya yang bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu.
Nenek India Montok Mengocok Memek Berbulu Gatal
Actors:
Ms Emma
Related videos














