Tini diam saja. Iya dong. Bila sampai pada daerah sensitif, langsung tegang. Kudengar nafasnya sedikit meningkat temponya. Wah engga bisa dong aku udah sampai pada point noreturn, harus berlanjut sampai hubungan kelamin. Kugesergeser lagi di pintu vaginanya, ini akan menambah rangsangannya.,,,,,,,,,,,,,,, Entah apa arti tarikan nafasnya itu, karena memang sesak atau mulai terangsang ? Bayangkan, terlentang telanjang di depan pembantu. Kini telapak tanganku berhasil menyusup jauh sampai ke dalam BHnya, Ah putting dadanya sudah mengeras ! Pada kesempatan dia mengurut lengan atasku, telapak tanganku menyentuh bukit dadanya. Kan masih sip kata kamu? Maukan kamu mijit Bapak lagi ? Siap Tin? Bisa Pak, jam berapa Bapak pulang ? Sekarang aku dengan jelas bisa melihatnya. Tini tak malu2 lagi melenguh dan merintih sebagai tanda dia menikmati cumbuanku. Wangi sabun mandi tercium dari tubuhnya ketika ia memijat bahuku. Terbawa suasana, penisku udah tegak berdiri. Tini masih saja asyik mengurut walaupun tanganku kini sudah menerobos gaunnya mengeluselus pahanya. Kenapa Tin ? Paaaaak? Engga apaapa.Bisa mulai ? Tini menarik telapak tanganku dari dadanya. Sekarang aku dengan jelas bisa melihatnya. Buah dada sintal itu terlihat naik turun sesuai irama nafasnya yang mulai memburu. Lama2 Tini membiarkannya, bahkan ketika tanganku tak hanya mengusap tapi mulai meremasremas pantat itu, Tini tak berreaksi, masih asyik mengurut. Benar2 daging padat. Untung tak jadi, ketahuan banget ada maksud lain selain minta pijit.
