Dia juga bercerita tentang aktivitas seks-nya dengan pacarnya serta perasaan-perasaannya. “Apa lagi, Yang?” Memang ada sedikit “warna lain” di paha kirinya bagian dalam. Sama siapa?” tulisku memberondong. Alia menolak tubuhku ke samping dan bangkit. “Ah.. Alia masih berpakaian lengkap, kecuali celana dalamnya yang sedikit bergeser ke bawah tapi masih nempel di pahanya. Bingung. Alia menggeleng lembut sambil menyodorkan mulutnya lagi. “Loe pakai spiral?”
“Engga ih, kayak ibu-ibu aja.”
“Lalu?”
“Sejak pertama gue ama pacar selalu keluar di dalam, engga ada efek.”
“Pacar loe mandul, kali?” Kalau benar, wah, dia bisa hamil nih. Bahkan ketika tanganku berhasil mencapai kain celana dalam di pinggir pinggulnya. Ketika Aku bilang ke Alia tentang perasaan ini, ternyata dia mengalami hal yang sama. “Entarlah. Tapi ternyata tidak. Ketika pada ronde berikutnya Aku gantian minta meng-oral dia, sudah kuduga Alia menolak. Dan untuk berlanjut sampai ke ranjang pun tak semudah seperti yang biasa Anda lakukan: begitu ketemu, kenalan terus langsung jilat-jilat vagina dan tancepan. Di luar kebiasaan memang. Inilah saat yang kutunggu-tunggu. Diapun tak berusaha mencegah ketika celana dalam yang masih di pahanya itu kutarik lepas kembali. Sama siapa?” tulisku memberondong. Dan.. Kan kerja sambil kumpulin data.”
Nah, mulailah dia bercerita lagi tentang job trainingnya, penuh semangat. “Gue jemput sekarang,” Penisku berdenyut. Alia tak bisa setiap hari “mengunjungi famili”. bagus begini,” ungkapku jujur. Membayangkan itu semua Aku jadi horny lagi.“Yang..” sapaku sambil mencium pipinya.
