Jalan pematang langsung menjadi licin sehingga mereka berdua tidak bisa bergerak cepat. Tangan Surti menangkap kepala Pakdenya, menekannya agar lumatan dan jilatan Pakde-nya lebih meruyak masuk ke dalam vaginanya. Play bokep Jalan pematang langsung menjadi licin sehingga mereka berdua tidak bisa bergerak cepat. Kegatalan macam itu menjadi terasa nikmat saat Surti mengingat bagaimana Iding suaminya sering menggosokkan wajahnya ke payudaranya.Mudah-mudahan Pakde-nya tidak keberatan dengan pelukannya, demikian pikiran lugu Surti. Sebagai petani yang telah terbiasa denagn kejadian semacam ini dengan enteng Pakde Marto membabat daun pisang yang lebar untuk mereka gunakan sebagai payung guna sedikit mengurangi terpaan air hujan yang jatuh di wajah mereka yang menghambat pandangan mata.Sambil memanggul cangkulnya Pakde Marto merangkul bahu Surti erat-erat agar payung daun pisangnya benar-benar bisa melindungi mereka. Sehari-hari mereka bahu membahu mencari sesuap nasi membantu Pakde di sawah atau Budenya yang buka warung kecil-kecilan di rumahnya. Bibirnya menjemput bibir Surti yang istri keponakkannya itu. Keringat mereka bercucuran rancu dengan air hujan yang membasahi sebelumnya. Pandangan mata secara jelas ke depan tidak lebih dari 5 meter, selebihnya kabut hujan yang menyelimuti seluruh hamparan sawah itu.Dalam usaha menghindar percikan hujan di dangau Pakde Marto dan Surti harus duduk meringkuk ketengah amben yang relatip sangat sempit yang tersedia.















