Kulirik sejenak tanggal lahir Mbak Marissa.Benar, ia berusia 26 tahun. Aroma farfumnya tertinggal di ruanganku.“Ya, mbak, selamat malam!” kataku.Jauh dalam hati aku sih pingin bilang,“Please dong temenin saya sebentar! Bokep Ia juga kadang menatapku sekilas, dan melempar senyum kecil, yang menurutku teramat hangat itu. Aku ingat itu pintu yang menghubungkan rumahku dengan rumah sebelah. Sejenak matanya menatapku. Itu dari caramu menatapku dan menelusuri tubuhku dengan tatapanmu. Sesekali sang lelaki, suaminya, berada di luar rumah untuk melepas penat. Darah seperti terpompa ke ubun-ubunku..“Aku mau di sini saja, kalau boleh. Tadi padi mereka terbang ke Banjarmasin untuk menengok kakakku yang melahirkan. Eh, ayah dan ibumu lama ya perginya?” Tanya Mbak Marisa.“Sampai minggu depan!” jawabku.“Kesepian, dong?” celetuk Mbak Marissa.“Iya, gitu deh!” kataku, masih sedikit gugup.“Mbak gimana?”“Biasa aja. Mbak Marissa membalasanya. Aku menatap dada itu tanpa ragu dengan nikmat.“Eit, kau melihat dadaku terus!” Mbak Marissa refleks menutup dadanya. Kebiasaan jelek. Entah kenapa aku jadi ketakutan. Lelaki itu melambai padaku ketika aku memperhatikannya. Mbak Marisa berdiri di sana.Ia pasti masuk lewat pintu terobosan di belakang yang tidak terkunci..“Punya lilin?” tanyanya. Aku menatap lapisan awan hitam itu sejenak. Tanyakan sekali lagi pertanyaanmu, dan kau akan tahu apakah aku menyukaimu juga,” kata Mbak Marissa.Aku mengulang pertanyaanku,“Kalau saya kepingin, bagaimana?” Mbak Marissa tersenyum“Kalau kau kepingin,” ia………….!










