Kemudian kembali lagi ke kamarku, mendampingi paket kiriman dari Batam, dari Mami tersayangku. Tapi aku berusaha untuk menindas perasaan kesepianku dengan mencari kegiatan di rumah. Playbokep Bukankah cowok 18 tahunan itu telah kuanggap anak sendiri ? “Oooh…Bunda…” Prima merangkul leherku, lalu mendesakkan tubuhku sampai terlentang di bawah himpitannya,
“Gak nyangka…impian saya akan menjadi kenyataan begini….ternyata Bunda sangat baik hati….” Tanpa canggung-canggung lagi Prima mulai berani menciumi bibirku, sementara tangannya terkadang meremas payudaraku, terkadang memeluk leherku.Dan semuanya itu kusambut dengan sepenuh gairahku. Yang jelas, ketika kami sama- sama tiduran dengan posisi miring dan berhadapan muka, kulihat senyum Prima sudah tersungging lagi di mulutnya. Maka ketika Yadi memperkenalkan perceraian dengan cara baik-baik, lalu menyiapkan calon suami yang dianggap baik olehnya, aku pun langsung setuju saja. Aku ingin tahu bagaimana reaksinya setelah ia melihat bagian belakang paha dan celana dalam putihku ini. Karena melihat dia bermurung-murung seolah menjadi beban psikologis bagiku.Namun masalahnya…Prima itu anak tiriku, yang seharusnya kuanggap sebagai anakku sendiri. Maka ketika Yadi memperkenalkan perceraian dengan cara baik-baik, lalu menyiapkan calon suami yang dianggap baik olehnya, aku pun langsung setuju saja. Kedua rumah kosku itu pun kuserahkan pengelolaannya terhadap Dayu.











