“Mas nggak papa? Play bokep Malam kian larut, deburan ombak terdengar sampai ke dalam kamar losmen, seakan musik mengiringi deru nafas memburu kami berdua. “Tauk nih, kita kan baru beberapa jam lalu kenalan, kok udah akrab ya” jawabnya. Aku mencopot baju dan celanaku serta celana dalamku sambil mengelus penisku “sabar ya sayang, nanti kukenalkan pasanganmu” kataku bergumam senang. Ika terpekik tertahan melihat kondisiku yang bugil, sambil menutup mulutnya. Aku pun agak goncang, tetapi gimana lagi, aku sendiri masih kuliah, masih nodong orang tua, sementara cowok si Ika telah bekerja, akhirnya kuihklaskan kepergian Ika. Kubuka kancing celana Ika, kuturunkan resluiting dan kubelai dengan punggung tanganku.“Mas Anton… jangan siksa Ika dong… cepet copot baju dan celana mas juga” pinta Ika seperti memelas. “Dasar cowok gak tahu di untung, minggat sana sama gendaknya” maki dirinya kepada cowok di telepon tadi. Kurasakan penisku menegang lagi, dengan posisi demikian kurenggangkan kedua kaki Ika dan perlahan kumasukkan penisku dari belakang. Suntuk! balasku bertanya lagi. Kupeluk tubuh bugil Ika, kuciumi wajah, pipi, dan kamipun beciuman mesra, kamipun tertidur pulas hingga pagi tanpa sehelai benang nempel di kedua tubuh bugil kami.Pagi pun merangkak ke siang, aku terjaga dan kulihat di sebelahku Ika sudah tidak ada. Fikiranku melayang mencari cara memenuhi hasrat ini.Waktu pun berjalan, fikiranku terus berkecamuk, terdengar suara wanita memesan segelas teh hangat di sampingku. Kemudian Ika bertanya dengan perasaan sedih,
