Saya agak heran melihatnya menggeleng-gelengkan wajah cantiknya sambil menatap kemaluan saya. “Ciumin dong Jen.” pinta saya tidak sabar.“Haa, kamu udah pengen ya?” godanya. Bokep Saya mendongakkan kepala, merem melek dan mengerang-ngerang. Sambil hanya mengenakan kaos oblong dan celana dalam, ia mondar mandir di situ. Mula-mula saya gemetar dan takut mengingat bahwa Jenny adalah seorang anggota mafia, ditambah juga perasaan rikuh karena dipeluk sesama wanita. Tanpa rasa risih, Jenny menanggalkan celana panjang dan raincoat-nya. “Kamu ngerti maksudku kan?” tanyanya lagi dengan penuh harap. Ia mengenakan kaos T-Shirt hijau tua dan celana pendek putih, memamerkan kaki-kakinya yang bagus itu. Astaga! Diam-diam, saya bersyukur dapat berkenalan dengan seorang ‘putri mafia’ (nama ejekan saya untuknya) seperti dia ini. Tapi ia tampak tenang saja sambil tertawa-tawa mengatakan bahwa dia sedang diluar jam kerja. Ciumannya menjalar kemana-mana, ke dagu saya, rahang, telinga, aahh rasanya geli sekali, namun membuat saya jadi lupa daratan, dan menyerahkan diri padanya. God, saya merasa jatuh cinta padanya, pada kenakalannya, pada kedewasaannya. Ia menyuruh saya berdiri dan menjauh dari ranjang. Mungkin saya bisa setegar Jenny, atau lebih dari dia? Saya seperti bingung, berusaha meraih dan mencengkeram apapun yang dapat saya raih, sprei, bantal, tiang ranjang, apapun. Tiba-tiba dia sudah ada di hadapan saya. Semula saya merasa sedih. “Berikan langsung pada mereka!” ujar Pak Smith yang masih berdiri dengan gemetaran.
