Tubuh kami yang sudah sama-sama telanjang, basah dengan keringat. Suatu malam sepulang makan malam di salah satu resto favorit kami, entah mengapa, mobil yang disopiri suami saya menabrak sebuah sepeda motor. Bokep Berjalan dengan lambat. Saya disuruhnya telungkup. Atau menanyai soal rumah kami yang tidak punya penjaga. Kecil. Saat saya datang, ia juga masih pakai kain sarung dan singlet. Tampak jelas urat-uratnya. Tangannya kemudian memijati pinggiran daerah sensitif saya. Dengan sedikit sentakan, maka muncratlah. Kaki saya yang menerjang kemudian digumulnya dengan kuat, lalu dibawanya ke atas. Saya sendiri tinggal di sini. Mana surat-surat mobil Anda? Saya pun kaget dan berusaha mengelak. Saya merasakan bibir vagina saya pun sudah basah. Bila sudah begitu, saya juga tidak mau terlalu rewel. Pak Karyo naik ke atas ranjang.“Kita lanjutkan,” katanya. Tampak jelas urat-uratnya. Belum tampak tanda-tanda itunya akan ‘menembak’.Padahal, saya sudah kembali merasakan ujung vagina saya memanas. Pak Karyo pun menekan dengan perlahan. Tentang motornya yang sudah baik, tentang istri yang minta cerai, tentang dirinya yang disebut orang-orang suka menanggu istri orang. Saya rasa ada getaran yang menghentak-hentak. Saya merasa berdosa padanya. Kami masih sering melakukannya. Liang vagina saya makin membanjir. Rio, suami saya, bahkan tidak pernah menyentuh daerah pribadiku dengan mulutnya. Entah sampai kapan. Di atas ranjang kayu itu saya disuruh berbaring.“Maaf ya,” katanya ketika tangannya mulai menekan perut saya.Terasa sekali jari-jari tangan yang kasar dan
