Aku memang tak mengerti dgn kekecewannya. Padahal aku sudaH punya mobil. Play bokep Sementara Tante Amanda pergi membawa Bobby, aku dan Lidya duduk di bangku taman dekat patung Pangeran Diponegoro yg menunggang kuda dgn gagah. Aku ingin mengangkatnya, namun Lidya malah menekan dan terus membenamkan wajahku ke tengah dadanya. Bahkan Mbak Indira menjanjikan macam-macam agar aku tak terus menangis. Untuk pertama kalinya, aku melihat sosok badan sempurna seorang perempuan dalam keadaan tanpa busana. Antara lima dan enam tahun. Entah kenapa, mungkin badan Bapak besar dan tangannya ditumbuhi rambut-rambut halus yg cukup lebat. PadahaI waktu itu Lidya sudah dipengaruhi gejolak membara dgn badan polos tanpa sehelai benangpun menempel di badannya.“Kau..”, desis Lidya terputus suaranya. Bukan hanya itu saja, dia juga melepaskan celanaku hingga yg tersisa tinggal sepotong celana dalam saja Sedikitpun aku tak merasa malu, karena sudah biasa aku hanya memakai celana dalam saja kalo di rumah.Lidya memandangi badanku dan kepala sampai ke kaki. Perhatiannya padaku malah semakin bertambah besar saja. “Kok Lidya nggak bilang sih..?”, aku mendengus sembari menatap Lidya yg jadi memerah wajahnya. Ayo..”, ajak Lidya setengah memaksa. Dan aku selalu menganggapnya sebagai kawan biasa saja. Acara ulang tahunnya biasa-biasa saja.
