“Jangan ! Play bokep Ia.Pagi menjelang. Tapi rasa jengkelku sudah hilang. Aku memandangnya heran. Kuangkat lenganku dan memajukan tubuhku, berusaha memeluk dan menciumnya. “Jangan,” bisiknya sambil tersenyum. Aku melepaskan pagutanku, menarik jariku keluar dan bangkit berdiri. “Buka bajumu,” ucapnya sambil tersenyum. Aku merasa malu sendiri. Ia memiliki sesuatu yang membuatku tak jenuh kala memandangnya. Ia tertawa geli. Kutolehkan kepalaku dan meraih bibirnya. Kulihat ia masih berdiri menghadapku dengan senyum di depan stereo set. Jangan berhenti. Aku mendiamkannya. Kupejamkan mataku dan mendesah saat jemarinya menemukan batang kemaluanku yang menegang. Masih kudengar ia tertawa di belakangku. Saat itu wajahku begitu dekat dengannya, hingga bisa kucium aroma cologne dari lehernya. “Letakkan tanganmu di sini,” bisiknya. Kuraih batang kemaluanku dan menariknya keluar, persis seperti yang sering kusaksikan di film-film blue. Hey, seleramu lembut juga. “Tunggu,” kataku, “aku tidak…”
“Sebaiknya cepat-cepat sebelum aku berubah pikiran.” Ia melepaskan genggamannya di tanganku. “Tidak, wajahmu barusan, seperti anak kecil yang baru saja memecahkan kaca jendela. “Suasana yang tak menyenangkan, kurasa,” ucapnya. Kutekan tubuhku ke tubuhnya, hingga separuh tubuh kami bertindihan di atas sofa. Nafsuku sudah meledak-ledak. Berantakan. “Sekarang…,” ia mendesah lirih beberapa menit kemudian. Aku terkejut saat melihat ada air mata di situ. Satu kejapan mata kemudian, kurasakan sebuah kerinduan.,,,,,,,,,,,,,,,, Tapi pandangan matanya membuatku terpaku.
