Kamu mau kan?” kata Pak Ilham membujuk.Jengkel karena dituduh mau mencuri, aku diam tetapi tidak mengiyakan.Hanya kupandangi wajah Pak Ilham yg kembali berkeringat dengan sinis. Akses masuk ke ruang kantin tidak berpintu dan letaknya bersebelahan dengan kamar Bu Lastri. Ia naik ke ranjang dan mengangsurkan kontolnya yg berukuran tak terlalu besar meminta untuk dikulum. Apa mungkin Pak Ilham yg tengah menggeraygi Bu Lastri? Nafasku memburu dengan mata yg terus menatap lewat lubang dinding kamar rumah dinas penjaga sekolah itu.Sambil terus melahap dan mengenyoti tetek Bu Lastri secara bergantian, Pak Ilham mencoba mengarahkan tangan Bu Lastri ke kontolnya yg tampak menonjol di balik celana dlm. Putingnya-putingnya juga besar menonjol dengan bagian yg menghitam melingkarinya. Aku yg seperti terhipnotis oleh kemontokan tubuh Bu Lastri tetap dlm posisiku hingga wanita itu ke luar dari kamarnya. Wanita berhidung bangir yg malam itu membiarkan rambutnya tergerai tersebut, malah berpaling menunduk. Tangannya sesekali menggerayg ke bongkahan bokong besar istri almarhum penjaga sekolah itu. Pak Ilham, kepala sekolah sebuah SMA swasta di empat aku menimba ilmu di Kota S, rasanya sangat pantas mendapat julukan “Si Kucing Garong”. Setelah memarkir motor di tempat yg kuanggap aman, kudekati pintu belakang. Dan anehnya, wanita yg menjadi pelampiasan nafsu bejatnya adalah Bu Lastri, istri almarhum tukang kebun yg juga pengelola kantin sekolahku.Gara-gara aku sempat memergoki dan menangkap basah kelakuan menyimpangnya, Pak Ilham kujadikan
