Melihat kejadian ini aku sudah terangsang penisku sangat tegang dan tanpa kusadari aku mulai mengocok-ngocok penisku di dalam celanaku. Mama selalu melampiaskan nafsu seksnya dengan dildo, walaupun demikian Mama selalu minum pil KB sebagai antisipasi jika sewaktu-waktu Papa ingin menyetubuhi Mama.Sekitar sepuluh menit kita ngombrol omongan Mama semakin panas. Aku arahkan penisku ke lubang vagina Mama, lubang tempat dulu aku lahir. “Ton Mama udah mau nyampe, ahhhh…. Adikku memang masih dekat dengan Mama, tapi dia semakin jauh dengan Papa. “Anton, itu punya kamu?” “punya mu sudah gede ya, sini biar Mama liat” mema bertanya dengan penasaran apa yang menempel di perutnya. udah gak tahan sayang”, “ahhhhhh……ahhhhh….sayang…..enakkk…. “terus sayang, lanjutkan Mama puas banget udah lama Mama ga sepuas ini”Aku terus melanjutkan kocokanku cukup lama sampe aku merasa ada yang ingin keluar dari ujung penisku, aku tidak menyangka aku bisa bertahan sejauh ini. Dengan sedikit berbisik Mama bicara
“Ton kamu mau puasin Mama ga?”
“maksud Mama?. Dingding vaginanya berkendut-kendut dan membuat cengkramannya semakin sempit di penisku. “Ahhh sayang, punya kamu gede dan enak, terus tekan”. “Anton ngapain kamu di dalam?” Mama kemudian membuka pintu lemari. Aku punya adik bernama Vivi yang berusia 16 tahun. Kami tinggal di rumah yang cukup besar di sebuah perumahan mewah di Bandung. “Ma maafin anton ya” aku berbaring di pinggir Mama, kemudian kita ngobrol dengan tetap telanjang.