Lampu, sempat aku celingukan seperti orang bingung menatap sekelilingku. “Ahh.. Bokep Sempat terpikir olehku tentang apa saja yang telah diceritakan Enni kepadanya mengenai hubungan kami. mm.. seandainya saja.. Nyaris tidak ada. “Ahh.. Matanya terpejam. jangan gitu dong, Ray. Selalu saja anak ini tahu maksudku. Sampai di sini aku terdiam, memandangnya tanpa berkedip, lalu kami berdua tertawa terbahak-bahak, antara sedih, kerinduan, dan kasih sayang tulus seorang teman sejati.Masih kuingat, sebelum kuturunkan kembali ia di Gramedia (karena Dita akan menjemputnya seperempat jam lagi), Nia sempat mencium pipiku dan meremas kemaluanku dari balik celanaku, tersenyum memandangku dan berkata, “Ray, kita akan bersahabat selamanya..” aku hanya bisa tersenyum saat itu, semua gejolak nafsuku hilang berganti perasaan menyesal, sayang, dan haru yang berkecamuk di hatiku. Namun, aku lebih memilih untuk memutar tubuhku, mengangkat punggungku sekuat tenaga sehingga dapat menyentuh bibirnya dengan bibirku. “Ahh.. Kusentil ujungnya dengan telunjukku sambil tertawa kecil. Kugandeng lengannya menuju jok belakang. “Ray..” Entah setan mana yang menyetir otakku saat itu, kuremas buah dadanya yang empuk, mengulum bibirnya dengan penuh nafsu, membuatnya terengah-engah menahan tekanan kepalaku.Nia menurut saat. “Tapi ada syaratnya..”
Sial! Kuangkat lagi gagang telpon, menekan beberapa nomor. Masa bodoh.“Ahh..” kudengar ia menjerit kecil saat kutekan-tekan ujung kemaluanku ke liang kemaluannya. Kubaringkan dia di jok belakang, sambil terus menekan dadaku, memastikan dia tidak banyak bergerak.