Koran baru sudah datang”, kataku dalam hati melihat surat kabar pagi terbitan hari ini tergeletak di dekat pintu pagar. Mata Adolf tanpa berkedip memandangi tubuh mulusku yang hanya ditutupi oleh BH dan celana dalam. Langsung aku duduk di kursi di teras sambil membacanya. Akan tetapi biarlah, karena aku sejak kecil selalu mengidam-idamkan ingin menjadi foto model.Dengan perlahan-lahan kutanggalkan blus dan celana panjangku. Dan aku diminta memejamkan mataku, seakan-akan aku sedang terbuai oleh kenikmatan yang tiada taranya. Berminat untuk menjadi foto model. Susan ini adalah satu-satunya pelamar yang berhasil terpilih. Nggak usah malu. Matanya melotot seperti mau meloncat keluar melihat keindahan tubuh di depannya. Coba kamu buka kancing-kancing bagian atas blus kamu. Payudaranya yang montok bergantung indah di dadanya, seimbang dengan pinggulnya yang montok pula. Langsung aku duduk di kursi di teras sambil membacanya. Betapa belahan payudaraku sangat lembut dan merangsang ketika mulut Adolf mulai menjamahnya. Ah ini sih seperti gaya foto model di majalah-majalah! Dengan sengaja tangan Adolf menyentil puting susuku sebelah kanan sehingga membuatku meringis kesakitan. Bagaimana aku bisa mengetesmu.”
Aku membalikkan tubuh menghadap Adolf. Aku masuk ke dalam. Dan akhirnya, aku merasa tak kuat lagi. Ah, mana ya nomor **** (edited)?
