Dia memaksaku melayani nafsu setannya hingga puas. Kalau tidak cocok ya untuk apa dipaksakan?“Mau ketemu teman di cafe depan, Dok” jawabku sambil tersenyum.“Teman apa temaann..?” dia bertanya lagi dengan nada bercanda. Play bokep Aku tak pernah menghitung diriku sedang berada dalam masa subur atau tidak. Aku memandang smartphoneku untuk kesekian kalinya, masih tidak percaya dengan apa yang kulihat: sebuah foto yang sedang menampilkan diriku sedang menyusuri koridor rumah sakit tempat aku bekerja. Tawanya terdengar renyah dan puas.“Kenapa ketawa?” tanyaku ketus.“Jangan kaku gitu ah,” dia memberi saran. Cuma yaa…. Kalau aku diam saja, dia pasti akan berusaha memancingku untuk tidur dengannya. Tapi entah kenapa, bibirku tetap tertutup rapat seolah menolak untuk berbicara.“Itu cuma tebakanku,” dia melanjutkan. tentu aku akan sangat bahagia sekali kalau kamu mau nemenin aku malam ini.”“Nemenin apa nenenin?” aku meledek.“Hahaha…” dia tertawa. Dia sebentar lagi keluar. Tapi syaratnya ada dua ahahaha….” dia berkata sambil terus memompaku.“Aku nurut! Tapi bukan berarti aku bisa menerima begitu saja kehadiran cowok yang selama ini coli sambil melihat fotoku dong?Sekali lagi kupandang fotoku di dalam buble chat Facebook Messenger. Lama sekali matanya memandang mataku. Aku bangkit, menggenggam tangannya yang memegang sabuk, lalu berlutut di hadapan selangkangannya.
