Chie lalu bercerita pada Jay mengenai acara pernikahannya dengan anak rekan bisnis ayahnya dari Australia untuk menyambung eksistensi bisnis peninggalan ayahnya. Dan itulah yang membuatku tertawa. Bokep indo “Nih, rokok.”
Chie menyambar bungkus Marlboro di tanganku dan membuangnya ke sudut ruangan. Ironis. “Aku merindukan saat-saat ini.”
Kulihat Jay tersenyum dan memejamkan matanya. Jay, kenapa dia bisa setenang itu, kenapa seakan ia tidak mau melihat apa yang sedang terjadi?“Ray, aku sayang kamu,” Chie memelukku dengan kedua lengannya. Aduh. Air mata mulai membasahi dadaku yang terbuka. Chie, sederhana di balik gemerlap kehidupannya. “Ray…” kudengar gadis itu meratap terisak dalam dekapanku. Aduh. Menemuiku dan meminta maaf?”
Kutatap mata Jay, mencoba menyelami perasaannya, sama seperti dulu. Aduh. “Chie, jangan!”
Chie mendesah. Aduh. “Thanks, but no thanks.”
Kami tertawa berbarengan. “Hallo?”
Hening sesaat merasuki suasana. Kulepaskan kerah bajunya. Sayang. Kok malam-malam?”
Sejenak keheningan terdengar dari seberang, membuatku bertanya-tanya. Chie menerima Jay menjadi kekasihnya, dan itu membuatnya menipu perasaannya sendiri. Kulepaskan kerah bajunya. “Hah? Demi Tuhan. Wajahnya melukiskan kebahagiaan dan ketenangan. Aku dapat melihat alis matanya yang berkerut. Jay memandang mataku, dan melengos ke arah lain. Kulepaskan kerah bajunya. Dan perbincangan dengan Chie sebelumnya akan makna keperawanan membuatku semakin hanyut dalam percintaan itu. Erangan dan desahan nafas kami terdengar memenuhi ruangan.















