Ia menggerakkan kepalanya maju mundur — membuat batang kemaluan adiknya keluar-masuk dengan sangat cepat. Ci Debora yang mengerti maksud Murti segera menyambut ciuman Murti dengan menjulurkan lidahnya pula. Kemudian ia menunjuk ke arah kemaluannya:
“Ayo: gunakan lidahmu.” Adiknya mengerti apa yg harus dilakukan. Tubuhnya pun mulai menegang; tahulah Ci Debora bahwa “anak didiknya” saat ini hampir mencapai puncak kenikmatan. Kali ini ia ingin disetubuhi dengan posisi tubuh menyamping. Kembali, dengan gerakan lembut — ci Debora memberi isyarat kepada Murti untuk menutup mulutnya. MM.. aaghh.. Mmmh..” Permainan ini berlangsung agak lama sampai ci Debora minta ganti posisi lagi. Ia mulai bergerak maju mundur,
“Aaahh.. Namun Debora cuek saja: tangan kirinya ia lewatkan di antara kaki adiknya, dan dengan tangannya itu ia mencengkeram buah pelir adiknya dengan halus dan mulai memijat- mijatnya.“Tenang saja, sayang — kujamin kamu akan suka sekali..” Ci Debora tersenyum penuh gairah, dan dengan tangan kiri masih memegang buah pelir adiknya — ia mengangkat telapak tangannya, menghadapkannya ke arah wajahnya — dan meludahi tangannya sendiri kemudian mengerut-ngerutkan tangannya. masih kurang, lagi dong!” Gerakan dipercepat, Ci Debora memejamkan matanya keenakan. mulanya perlahan, namun semakin lama semakin cepat.. “Ci Debora.. Namun ia berhenti sampai pakaian dalam saja.
