Mulanya aku jijik, tapi karena Jude mendorong kepalaku masuk ke selakangannya akupun segera menciumi kewanitaan Jude. Memang banyak lelaki yang tertarik, atau mungkin hanya sekedar melirik. Kamar mandi itu cukup luas dengan perabotan yang mahal, walau tak semahal milik tanteku. Juga mempermainkan klitnya yang mungil dan mengemaskan. Oh.. Atau bahkan wajah dapat dikomersiilkan pula.Tapi aku tidak pernah mengharapkan wajah yang cantik seperti yang kumiliki saat ini. Aku segera melepas semua pakaianku, kecuali CD dan BH lalu memasukkannya ke tempat pakaian kotor di sudut ruangan.“Ini pakaiannya,”
Aku terperanjat. Jemarinya yang lentik mulai meraba-raba mengerayangi pundakku. Aku pikir tak apalah sekali-kali, biar nggak kuper. Lalu Jude memintaku untuk mencumbui vaginanya. Kadangkala aku memang datang ke tempat Jude kalau aku bosan belajar di rumahku sendiri, itupun kami lakukan dengan janjian dulu. Merinding tubuhku ketika merasakan nafasnya menyembur hangat di sekitar leherku, apalagi tangannya menjalar mengusap-usap perutku. please..” rengek Jude. ugh.. Hanya kalau colak-colek sih memang masih sering terjadi, tapi selama masih sopan tak apalah. Tidak juga kulit putih merona dengan dada ukuran 36B. Deras sekali hujan itu sampai-sampai aku benar-benar basah kuyup. Waktu dia memaksa menciumku aku juga masih ingat. Akhirnya aku segera dipindahkan ke Yogyakarta, tinggal bersama keluarga tanteku sambil terus melanjutkan sekolah. Sampai di rumah Jude dia sudah menyongsong kedatanganku.
