“Ini? Aku saat itu berusia hampir 15 tahun. Yang kulihat di sana sungguh luar biasa, dan tak akan pernah kulupakan. Kelihatannya dia lega aku tak memergokinya. Kumasukkan kembali novel-novel itu. Kak Tina percaya. Saat tangannya beralih meremas payudaranya, terbukalah kewanitaannya. Judulnya Marisa, pengarangnya Freddy S.Kak Tina masih terus menggosok kemaluannya. “Huuaah” Aku menguap panjang, mengeluarkan bau naga. Mulai membaca.Ceritanya mengenai seorang wanita bernama Marisa, yang liar dan haus seks. Sudah bisa dapat anak”. Karena dia tidak pernah menyinggung hal itu, aku biarkan saja.Sampai satu hari kudapati Kak Tina muntah-muntah di kamar mandi. Namanya Tina, gadis Bali berkulit hitam manis. Di atas tempat tidur, Kak Tina sedang mengenakan baju kaos warna jingga. Astaga, memang basah! Tanda kamu sudah dewasa”. Bu Rochim pulang.Serentak kami berdiri. Orangnya tidaklah cantik, tapi tubuhnya bagus. Banyak sekali, mengotori celanaku. Walau sedikit kesulitan, Kak Tina terus membaca. Dapat kulihat bulu-bulu yang tumbuh lebat di sana. Walau sedikit kesulitan, Kak Tina terus membaca. Kejantananku meronta di balik celanaku, yang saat itu belum terbiasa memakai underwear. Aku coba mengusapnya, seiring dengan usapannya di pahaku. Samar-samar, dari sinar lampu templok dapat kulihat pangkal pahanya yang tertutup celana dalam putih. Aku ketagihan. Aku terus membacanya, jakunku yang mulai tumbuh bergerak-gerak menelan ludah.
