Karena memang hobinya bertani dan berkebun kakek Senen mau melanjutkan membersihakn rumput-rumput dibawa pohon-pohon kopi dan rambutan ataupun cengkeh. Walau tidak terlalu keras, namun remasan jemarinya di buah dadaku membuat tubuhku menjadi bergetar. Kemudian aku langsung naik ke atas, mengganti daster yang aku pakai dengan pakaian jeans dan baju kaos dan daster yang barusan kupakai kuletakkan kembali ke lemari kakek Senen dan aku menunggu di teras ditemani oleh Lanang. Kusentuh benda itu dengan tanganku dan kubelai lembut, rasanya hangat dan sedikit licin. Karena jalan yang kurang bagus serta penyeberangan dari Merak ke Bakauni sedang macet sehingga 2 hari baru tiba di kampung halamanku. Dia menatapku dengan sayu, garis matanya yang menurun itu memenatapku. Akibat lamanya Lanang mempermainkanku aku merasakan terbuai dan terlena dibuatnya. Setelah memakai daster aku mau keluar kamar, tetapi aku terkejut melihat kakek Senen berada di depan pintu kamar dan dia berkataTin …. Kebun tersebut di tunggu oleh seorang kakek yang telah berusia 60 tahun bernama Kakek Senen, dari namanya saja kakek ini lahir di hari Senin yang pastinya kurang jelas.
