“Dengar, kami sebentar lagi akan pergi makan malam. Dan benar saja, untuk yg pertama saja, ia sdh menyuruh suamiku agar melepaskan beha Ratih. Aku tak tahan, gairahku meledak tak lama kemudian. Segera kubuka kakiku dan kubiarkan Yogi dan suamiku menjilatinya bergantian. Pelan, akupun berlutut di kaki suamiku dan mulai menjilati porosnya. Berdua kami bebas, kembali ke masa awal-awal pernikahan dulu. Tp lebih kencang punya Ratih, dia kan belum pernah melahirkan! Sesuai peraturan, ia berhak menentukan siapa yg kehilangan apa.Suamiku berkata kepada Ratih dan aku.”Lepaskan baju atasan kalian!”Ratih dgn santai membuka baju tidurnya. Dialah yg menjadi partnerku. ”Namaku Bryan,” kata suamiku begitu selesai menelepon. Maka jadilah aku duduk mengangkang menghadap Yogi, yg perlahan-lahan menyelipkan tangan dan menarik celana tidurku turun dari lingkaran pantat.Sambil melepas, ia tentu saja memanfaatkan kesempatan itu untuk menyentuh ringan belahan memekku yg masih tertutup celana dalam. Dia sama sekali tdk tahu kalau di bawah sana, jus memekku sdh mengalir deras membasahi liang kemaluanku. ”Silahkan,” sahut Yogi santai.Ratih tdk dapat membantah lagi. Apalagi sambil menjilat, tangan suamiku jg terjulur untuk memegang dan meremas-remas tonjolan payudaraku yg tumbuh semakin besar setelah aku melahirkan anak pertama –padahal dulu sdh besar, apalagi sekarang!
