Kadang aku mengisap penis Iban sambil Iban menyetir mobil yang lagi di jalan tol. Ternyata Iban sudah menjilati klitorisku yang panjang dan lebar. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu kami yang sangat besar. Reitsleting celana Iban sudah terbuka dan tiba-tiba Iban menurunkan celananya dan terlihat jelas ada tonjolan di dalam celana dalam Iban. “Ros, ini tempat kencan, daripada kita kencan di mobil lebih bagus kita ke sini aja, dan lebih
aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu mau.”
“Entahlah Iban, aku masih takut tempat seperti ini.”
“Kamu jangan takut, kita tidak keluar dari mobil. Iban memandangku dari arah bawah.Sambil tangannya memeluk pahaku.“Ros, bodi kamu bagus sekali.”
Iban sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma vaginaku. Tiba-tiba Iban melepaskan ciumannya.“Ros, aku ingin mencium susumu, bolehkan..” Tanpa berkata sedikit pun aku membuka kancing kemejaku dan membuka kaitan BH yang kupakai.Terlihat dua gundukan yang sedang mekar -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang sangat luas di depan mata Iban. Dan sekali lagi Iban memasukkan penisnya ke vaginaku.Walaupun masih agak sulit, tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh penis Iban yang besar.“Dorong yang keras Iban, lebih keras lagi,” desahku. Aku di bawah dan dia di atas. Dan, dalam sekejap Iban sudah terlihat bugil di depanku. Seandainya aku tahu senikmat ini, ingin kulakukan dari dulu. Pintu itu menuju ke kamar yang sudah dingin dan nyaman sekali, tidak seperti yang kubayangkan.