mau Mas”, katanya. Akhirnya istriku mencapai klimaksnya setelah liang senggamanya kumainkan dengan lidah, dengan jari, dan terakhir dengan batang istimewaku. Kini kami sama-sama telanjang, tak satu helai benang pun yang tersisa. Sekilas cukup mencolok karena seragamnya yang cukup kontras dengan warna sekelilingnya. Di hari sabtu siang itu terasa panas sekali, tiupan AC mobil yang menerpa langsung ke arahku dan ‘istriku’ kalah dengan radiasi matahari yang tembus melalui kaca-kaca jendela. Tapi karena lembahnya masih perawan agak susah juga untuk menembusnya. Aku sudah tidak tahan untuk memasukkan seluruh burungku ke tempatnya yang terindah. Aku pun sudah tidak tahan lagi untuk menumpahkan seluruh kenikmatan, segera kucabut burungku kemudian kumuntahkan di luar dengan menekan ke selangkangannya. Setelah kenalan sebentar dan saling tukar nomor telepon, kulanjutkan perjalananku setelah mengisi bensin sampai penuh. Kuulangi lagi cumbuanku dari mulai mengulum bibirnya, mencium pipinya, kemudian lehernya. Kuulangi lagi cumbuanku dari mulai mengulum bibirnya, mencium pipinya, kemudian lehernya. Ia mendesah,
“Eeehhh..” Tatkala kukulum puting susunya, badannya refleks bergerak-gerak, desahnya pun semakin jelas terdengar. Sebagai laki-laki, aku sangat paham dari bahasa tubuhnya bahwa dia tidak menolak. Ia sudah berani menerima tawaran kami untuk ikut menginap bersama. Aku sudah berkeluarga, tapi aku punya Jen yang juga sangat kucintai.