Saya sudah bahagia kalau saya… kalau saya diterima. Menancap.“Tuan… ayo… puaskan dirimu…” aku ingin Kak Edo menikmatiku.Aku mengeraskan otot di sekitar vaginaku, berusaha mencengkram penis itu.Tuanku menjadi semakin cepat, lendir basah membuat vaginaku licin dan batang lelaki itu bagaikan belut yg masuk dan keluar liangnya. Darah mensku nampak tdk sekental biasanya… aku menemukan ada sisa lendir Kak Edo, yg sebelumnya dibenamkan dalam. Mengenakan pakaian lengkap seperti biasa.Tubuhku terasa lelah sekali… hari belum larut saat aku membenamkan wajahku di kasur. Bagi lelaki ini, semuanya kuberikan. Kak Edo menaruh tubuhnya yg telanjang dan basah di sisiku. Kurasakan nafas hangat di pipiku.Bibir hangat mencium pipiku, mencium air mataku. Aku tak tahan lagi. Memandang wajah yg tampan itu, berkhayal bahwa lelaki ini menjadi milikku. Memenuhi liangku. Menancap.“Tuan… ayo… puaskan dirimu…” aku ingin Kak Edo menikmatiku.Aku mengeraskan otot di sekitar vaginaku, berusaha mencengkram penis itu.Tuanku menjadi semakin cepat, lendir basah membuat vaginaku licin dan batang lelaki itu bagaikan belut yg masuk dan keluar liangnya. Aku merasa penis itu menerobos masuk kembali ke vaginaku yg sempit. Apa kata keluarga, apa kata Bapak dan Ibu? Rasanya asin gurih, penis itu terasa lembut kenyal di mulutku. Bagaimana aku bisa mengatakannya? Aku mencium wangi lendir membasahi hidungku. Saya sudah bahagia kalau saya… kalau saya diterima.
