Bebas Tanpa Beban

Kerling matanya seakan-akan menyihir dan memancingku. Tiba di pinggir kasur, dengan posisi berdiri dia memeluk leher saya dan mencium saya dengan buas. Sambungan dari bagian 1Perlahan, Vivi berjalan menuju kasur. Teman saya? Saya sangat menyesal. Perlahan-lahan lidah dan bibir saya menyusuri telinganya, turun ke lehernya, dan pundaknya. Saya sangat menyesal. “Saya memang wanita malam… maafkan saya…” pinta Vivi, “Mama saya sakit jantung dan memerlukan biaya yang besar untuk mengobati penyakitnya. Di sana saya berusaha memasukkan lidah saya ke dalam lembah nikmatnya.“Ahhh… geeelii…”
Lidah saya kemudian melanjutkan perjalanannya ke bawah, sekali ini menuju lubang yang berada di antara dua gumpalan pinggulnya. Perlahan-lahan lidah dan bibir saya menyusuri telinganya, turun ke lehernya, dan pundaknya. Saya tahu bahwa cobaan dari Sang Pencipta adalah untuk kebaikan kita juga.“Hati kita akan kehilangan kelembutannya jika tidak pernah merasakan airmata, dan ketajaman gunting memberikan keindahan dan keanggunan pada ilalang.”Kabar terakhir yang saya terima adalah Vivi sekarang telah menjadi isteri Andi, sahabat karib saya yang bisa menerima dia apa adanya. Customer saya? Di puncak gunung dadanya jari tanganku memutar dan memelintir ujungnya yang menonjol dan menegang.Ketika jemari tangan saya berkutat dengan payudaranya, ciuman saya beralih ke lehernya yang jenjang.

Bebas Tanpa Beban

Related videos