Tetangga sebelah rumah…
***
“Aaahh… ouughh… aaahh…” aku seperti orang yang kesetanan, saat kelaminku bergoyang-goyang di atas kemaluan Andi. “Iya, mas…” aku menjawab lirih. Yang lengkap dong kalo jawab!”
“K-kontol mas Andi, e-enak.” aku merasa sangat nakal sekali mengucapkan kalimat itu, dan aku tak tahu apa maksud Andi menyuruhku mengatakan itu. “He-eh,” aku hanya mengangguk pelan. Aku tak tahu apa dia benar-benar bernafsu terhadapku atau memang dia seorang maniak seks. Tetapi niat untuk memuaskan diriku sendiri kuurungkan. Kuimbangi gerakannya dengan ikut bergoyang memutar-mutar pinggulku, membuat suamiku itu semakin mendesah keenakan. Entah kenapa aku selalu pasrah pada cumbuannya. Perlahan batang miliknya mulai mengeras dan menegang. Dengan Andi. Mungkin aku sudah menjadi wanita binal, mendapatkan kepuasan bercinta dari lelaki yang bukan suamiku. Kuakui, permainan Andi sungguh luar biasa. Tetapi terlambat, mas Herry nampaknya sudah tak tahan lagi. Dan parahnya lagi, lelaki itu adalah suami orang. Masa udah ngerasain enaknya, tapi gak tahu namanya?“ tanyanya lembut di telingaku sambil tanganku dituntunnya untuk mengocok batang kemaluannya. “Ahhh… wuuaaaahhh…” tiba-tiba goyangan mas Herry menjadi semakin cepat, nafasnya semakin berat, pertanda dia akan mengalami orgasme sebentar lagi. “Creep… creeep… croopp…” bunyi sodokan batang kemaluannya, makin membuatku bergairah. “Besok siang istriku pulang.” ujar Andi sambil membelai-belai kepalaku. “Aaaahhh… masss…” aku terkejut saat tiba-tiba Andi mendorong jari tengah dan jari telunjukku masuk ke dalam kelaminku sendiri yang sudah basah.
