Aku merasa kalau dia juga hampir mencapai klimaks. Malam itu sekitar jam 20:10, kami baru saja selesai makan malam. Hasan kembali menciumi buah dadaku, kurasakan dan kuresapi setiap remasan dan hisapannya dengan penuh kenikmatan. Kakak mau.. Hasan sepertinya tidak mau kalah dengan gerakanku yang agresif. Sesekali dia mengulum bibirku, lalu menjilati wajahku. Kuhisap dan kusedot kuat-kuat, tapi dia belum memperlihatkan tanda-tanda akan segera mencapai klimaks. Selang beberapa waktu aku tenggelam dalam pikiranku, dan saat aku sadar ternyata tubuhku bagian atas tinggal tertutup oleh BH yang kaitannya telah terlepas.“Oke San.. Selain masalah obat tidur, aku takut kalau Hasan akan benar-benar meniduri Tita malam ini. Kuambil sabun sirih khusus untuk membersihkan alat vital wanita lalu kubersihkan kelaminku dengan sabun itu.Sekitar sepuluh menit kemudian aku keluar dan langsung duduk di meja rias ibuku. T-shirt itu agak longgar, tapi tidak dapat menyembunyikan bentuk lekukan yang menonjol di dadaku. Pasti dia sedang menikmati wangi sabun sirih yang kupakai barusan. Aku tersenyum menyaksikannya, Hasan balas tersenyum.“Kakak nakal ya.. Ngilu, enak dan entah apa rasanya.“Saann.. Kaa.. Liang kenikmatanku terasa merekah semakin lebar, kedua ujung puting susuku semakin mengeras, mencuat berdiri tegak. Sekuat tenaga aku bertahan sampai akhirnya tubuhku tak mampu lagi menahan kenikmatan gelombang orgasme yang meledak-ledak.Diiringi jeritan lirih dan panjang, tubuhku menghentak berkali-kali mengikuti semburan cairan hangat dalam liang kewanitaanku.