Sampai aku merasakan ujung kemaluan itu menyentuh dinding rahimku. Kenikmatan demi kenikmatan kami raih. Nikmati apa yang kamu sekarang rasakan..!” suara Yanti masih sedikit membisik. Sambil terus bibirnya menjilati inci demi inci kulit leherku seluruhnya. Namun itu mungkin tidak terjadi, karena aku melihat mereka sudah lelah sekali.Entah sudah berapa kali mereka bersetubuh pada saat aku terlelap tadi. Lemari pakaian berukiran ala Bali juga menghiasi kamar, sehingga aku yakin setiap tamu yang menginap di sini akan merasa betah.Akhirnya di kamar itu sambil merebahkan diri, kami mengobrol apa saja. Lalu dengan gontai aku berjalan menuju pintu kamar dan membuka pintu yang tidak terkunci.Karena aku ingin pipis, segera aku berjalan menuju kamar mandi, sesampainya di kamar mandi segera kuturunkan celana dalamku dan berjongkok. Sandi.. nikmaathhs.. Dengan berbalut kain selimut di tubuhku, aku menghampiri Mas Sandi yang memperhatikan aku. akuu.. Ridhaa.., nikmat sekaallii.. Karena jabatan suamiku sudah tidak mungkin lagi naik di perusahaannya, untuk menambah penghasilan kami, aku meminta ijin kepada Mas Hadi untuk bekerja, mengingat pendidikanku sebagai seorang Accounting sama sekali tidak kumanfatkan semenjak aku menikah.Pada dasarnya suamiku itu selalu menuruti keinginanku, maka tanpa banyak bicara dia mengijinkan aku bekerja, walaupun aku sendiri belum tahu bekerja di mana dan perusahaan mana yang akan menerimaku sebagai seorang Accounting, karena aku sudah berkeluarga.“Bukankah kamu punya teman yang anak seorang Direktur di sini?” kata suamiku di suatu malam
