Selingkuh Lombok

Mirna tidak menjawab, dan cuma mendesah karena nikmat. Dia merasa lebih suka istrinya yang versi ini. Dia sudah tidak merasa jadi diri sendiri sejak pertama kali Sitha selesai mempermak habis penampilannya dan dia melihat sendiri mukanya di cermin. Entah kenapa, biarpun kata-kata Bram tadi sangat melecehkan kalau dalam keadaan normal, Mirna justru malah terangsang mendengarnya. Dia sudah tidak merasa jadi diri sendiri sejak pertama kali Sitha selesai mempermak habis penampilannya dan dia melihat sendiri mukanya di cermin. Tapi Bram tidak bisa menyangkal bahwa dia terangsang melihat Mirna berani tampil seperti itu. “Niat banget, ya? Walau ada yang cemong sedikit gara-gara mukanya tadi digagahi, bibir Mirna masih merah, maskaranya belum luntur, bedaknya masih ketebalan. Remas terus. Sitha, yang sudah kenal duluan dengan Mirna sebelum Mirna mengenal Bram, pernah bilang dia iri dengan tubuh Mirna yang lebih sintal daripada tubuhnya sendiri. “Aku udah tahu seperti apa kamu sebenarnya, Mas. Tapi dalam hatinya berkali-kali terselip rasa penasaran. Mirna punya banyak waktu luang dan bisa bekerja di rumah, sedangkan Bram banyak bepergian keliling kota dan kadang-kadang ke daerah. Lanjut…
“…mending kukasih aja.”
Didorongnya Bram ke sofa ruang depan sampai Bram terduduk. Sarannya kepada Mirna untuk coba berubah menjadi seperti perempuan-perempuan yang fotonya ada di HP Bram sepertinya manjur. Mas Bram mau apa…?”
“Mau merawanin pantatmu…”
Sesudahnya, ada jeritan yang sampai terdengar oleh Sitha di rumah sebelah.

Selingkuh Lombok

Related videos